Seorang nenek renta, berusia lanjut. Umurnya 70 tahun lebih. Namun ada sesuatu yang menarik dan membuat air mataku tak terbendung saat sebuah program teve menceritakan kehidupan sehari-hari sang nenek yang tegar itu.
Hidup sebatang kara walau tubuh telah membungkuk dan jalan mesti dipapah,
tidak menghalangi sang nenek untuk berdikari sampai hari ini, sedikitpu tidak mau bergantung pada belas kasihan orang disekitarnya.
bermodalkan loyang, dan beberapa peralatan membuat kue sederhana lainnya, setiap hari sang nenek membuat kue-kue basah yang kemudian dibawa untuk dijual di tempat yang berjarak cukup jauh dari tempat tingal sewaanya yang hanya berukuran 3X2 meter itu.
Saat ditanya mengapa sang enenk dengan usia yang lanjut masih tetap berjualan, sang nenek hanya tersenyum sambil berkata,"Dari dulu, saya memang sudah terbiasa jualan, jadi kalau diam aja di rumah malahan sakit". Sang nenek yang telah berusia senja itupun masih rajin menghadiri majlis ta'lim, sholat wajib tepat waktu, dan mendengarkan ceramah lewat radio. Asal tahu saja, radio butut milik sang nenek adalah satu-satunya barang berharga yang ada di rumah yang tak layak ditempati itu.
Di sela-sela kesibukannya, ia pun tak lupa untuk mengunjungi anak dan cucunya yang tinggal beberapa puluh kilometer dari rumahnya. Dengan uang seadanya yang ia kumpulkan berbulan-bulan hasil kerja kerasnya berjualan kue, sang nenek masih menyempatkan diri untuk membelikan baju dan mainan untuk cucu kesayangannya.
.......................................................
AllahuaAkbar!!
sampai disini air mata saya tak dapat berhenti mengalir
Ada banyak rasa yang terasa
sedih, haru, iba, bahkan bangga bercampur menjadi satu
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari kisah nyata diatas.
Pertama, jangan pernah menyia-nyiakan orang tua yang masih ada. Seaorang akhwat yatim piatu, peserta training for trainer di IAIN Imam Bonjol kemarin menasehati kami semua yang masih mempunyai ayah dan ibu untuk benar-benar memuliakan dan membantunya sekuat tenaga. Ia merasakan bagaimana sedihnya ditinggal oleh kedua orang tuanya beberapa tahun yang lalu wafat. Uang mungkin tercukupi dari kakak-kakaknya, namun curahan kasih sayang orang tua minus didapatkan.
Sahabat, berapa banyak hari ini kita saksikan, anak yang semakin dewasa semakin membantah dan membangkang pada kedua orang tuanya, bahkan saat ia berkeluarga, orang tua malah diterlantarkan. Saya berani jamin, orang yang membiarkan orang tuanya dalam keadaaan tak berdaya bahkan terhina sementara ia hidup bersenang-senang dengan keluarga barunya tidak akan sukses di dunia maupun di akhirat. Walaupun harta terlihat banyak pasti tidak akan membuat dirinya puas, walalu istrinya cantik malah akan membuat dirinya semakin bermaksiat dan jauh dari pertolongan Allah.
Bukankah sudah banyak bukt yang kita dapatkan. ada kisah Malin kundang, kisah sahabat Rasulullah, sampai beberapa kisah nyata yang kita dapatkan di sekitar kita. Bagaimana seorang anak yang kaya raya, harus jatuh miskin dan terhina, karena menzalimi kedua orang tuanya. Ingatlah dengan sebuah hadist yang terlantun indah ini, "Ridhollahi faridho waliwaliadaini, fasyukhtullahi wasyhukhtu waliwaldiani", "Ridho Allah ada pada ridho kedua orang tua, dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan aorang tua".
Kedua,kita sebagai pemuda, seharusnya sangat malu mendengar kisah nyata perjuangan sang nenek yang tidak pernah mau meminta-minta kepada siapapun. Ia rela untuk menjual makanan yang untungnya tak seberapa demi menghidupi kesepuluh anaknya seorang diri.
Kita, sebagai remaja atau pemuda yang dikaruniai akal yang masih sehat, fisik yang masih kuat, dan energi yang masih segar seharusnya mengoptimalkan potensi yang ada, berdikari sejak dini, bahkan dapat bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya umat.
Ingatkah sahabat dengan hadist yang sering kita dengar dari ustadz-ustadz,khoirunnas aanfa'uhum linnas. Sebaik-baik manusia, adalah yang paling banyak manfaatnya bagi sebanyak-banyaknya manusia.
Disini,
mari kita merenung sejenak.
sudah berapa banyak curahan cinta dan kidung do'a yang tercurah untuk ayah bunda tercinta
sudah berapa banyak prestasi yang terukir yang juga mengukir senyum bahagia ayah bunda ?
Dan lebih seriusnya,
sudahkah kita mulai mandiri, seperti sang nenek tadi
pantang mengeluh, pantang menjadi beban
Karena Allah TIDAK MAIN-MAIN menciptakan kita
Selamat berjuang saudaraku,
dekaplah ayah bunda
dalam do'a dan ikhtiarmu yang optimal
from:STC
Buatlah Ibumu Tersenyum
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar