puluhan tahun ku tak jumpa lagi dengannya
namun wajahnya yang bercahaya dengan bekas sujud di jidatnya tak pernah hilang
dari saat ku masih SD dulu.
ia sahabat lama ayahku
Tidak ada yang istimewa dari dirinya selain perlajanan hidupnya yang sarat kegigihan dan perjuangan
Dibesarkan dan dididik dari keluarga yang sangat sederhana namun taat bergama,
Wowo, begitu beliau kerap disapa, tumbuh sebagai pribadi yang enerjik dan semangat berubah yang tinggi
Betapa tidak? di Tahun 1990-an, saat tidak ada pemuda di kampungnya yang melanjutkan kuliah,
ia nekad untuk kuliah dengan uang masuk pemberian paman dan hasil usahanya
Ya, dari sejak SMA ia bertekad untuk menjadi seorang pebisnis, tak mau dijatah tapi ingin menjatah
Iseng-iseng ikut UMPTN (Sekarang SNMPTN), akhirnya ia lulus di Jurusan Sejarah UNPAD
yang lucunya, saat semua mahasiswa ditanya satu persatu tentang alasan dan apa cita-citanya masuk jurusan tersebut
Wowo menjawab dengan jawaban yang paling beda dari mahasiswa lainnya
saat mahasiswa lain ingin bekerja di tempat bergengsi dengan gaji tinggi
dengan polosnya ia bercita-cita menggaji orang alias pebisnis dan membuka lapangan pekerja yang banyak
awalnya sang dosen mengerutkan wajah, akhirnya dosen pun memberikan pujian atas cita-citanya yang tidak biasa itu
Untuk tempat tinggal ia memutuskan untuk menjadi takmir (memakmurkan) masjid kampus, yang saat itu masih terbuat dari triplek sederhana
Semester satu selesai, berlanjut ke semester selanjutnya
ia pun bingung untuk membayar uang semesteran
dengan kepolosannya juga, ia langsung menghadap rektor UNPAD kala itu untuk membantunya membayar uang semesteran.
Sekali lagi, dengan kepolosan dan niat mulianya untuk belajar, akhirnya sang rektor pun memberikan surat kepada kepala biro untuk memberikan beasiswa kepada Wowo muda. Dengan syarat, ia harus sungguh-sungguh merawat masjid yang Sang rektor dirikan itu.
Dengan kesyukuran dan senyum optimis, akhirnya iapun lebih serius memakmurkan masjid dan mulai membuka warung kecil-kecilan di dekat masjid yang menjual snack dan minuman dengan konsep "kantin kejujuran". Artinya tanpa ditunggu karena ia harus kuliah, setiap orang boleh membeli dengan membayar dan kembalian sendiri, tentunya dengan daftar harga yang sudah dicantumkan. Usahanya cukup berhasil terbukti hampir setiap 2 hari sekali ia harus belanja ke pasar.
Sedikit demi sedikit jiwa usahanya tumbuh dan berkembang. Walaupun ia orang desa, namun ia semangat membaca dan ikut banyak pelatihan untuk meningkatkan keterampilannya.
Bahkan rektorpun mempercayakan pembangunan atau perbaikan masjid padanya.
Ada kejadian menarik yang ia alami. Ia punya seorang teman yang sama-sama tidur di masjid sambil memakmurkan, padahal sahabat itu anak orang kaya, ayahnya dokter, namun ia lebih memilih untuk tidur beralaskan tikar. Ayahnya membelikan kasur empuk, namun tak pernah dipakai, alasannya sederhana, takut susah bangun untuk tahajud. Wowo pun tersenyum saat ditawari kasur itu. "Henteu ah, malah nyareri awak, biasa di kampung teu make kasur" (Tidak ah, malah sakit badan, biasa di kampung ga pakai kasur).
Setelah lulus kuliah, jiwa entrepeneurnya semakin menggelora
walaupun bingung, karena kurangnya relasi dan bingung dengan bisinis yang akan ditekuni
Akhirnya dengan do'a orang tua dan keyakinannya akan janji Allah
6 bulan setelah lulus, dengan pekerjaan yang belum jelas
iapun menikahi seorang wanita solehah yang kelak menjadi istri yang mendukung perjuangannya
Hingga suatu saat, ada program pemberdayaan masyarakat yang diberikan pemerintah
untuk melatih para pepmuda yang lolos seleksi untuk diberikan pemlatihan tentang kewirausahaan dan diberikan bantuan modal
2 minggu pelatihan baginya bagaikan 2 tahun kuliah S2 ekonomi,
ia belajar membuat proposal, BEP, Studi kelayakan usaha, hingga ilmu praktis lainnya yang membuka matanya untuk semangat barwirausaha
Di akhir pelatihan, para peserta diminta selama 2 bulan untuk mencari usaha apa yang prospektif, dan mengajukan proposal untuk mulai dikerjakan. Ia pun tidak hanya mengikuti pelatihan ini, ada satu pelatihan yang sama namun lebih menekankan pada usaha bunga yang ia ikuti.
Dengan kesungguhan dan bebagai ilmu yang ia dapati, akhirnya tercetuslah ide yang sangat brilian, "Cacing"
Ya, budidaya cacing, sebuah peluang usaha yang mungkin baru pertama kali ada di Indonesia saat itu
dengan keyakinan dan kesungguhannya, akhirnya Allah mengubah nasib anak kampung itu
Degan presentasi yang memukau di sekitar 1000 orang, setelah selesai, banyak orang yang meminta nomor kontak untuk konsultasi usaha cacing. Bahkan beberap media cetak dan elektronik pun melirik idenya
Setiap hari sampai malam, telepon pun terus berdering
belum lagi setiap hari puluhan orang mengatri untuk konsultasi cacing
betapa tidak, budidaya cacing menjanjikan keuntugan yang sangat menggiurkan
dengan harga pokok Rp.10.000-Rp.15.000/kg, bisa dijual sampai Rp.100.000/kg
Dari mulai doktor, TNI, dan profesi lainnya pun mulai tertarik melirik bisnis ini
Akhirnya iapun membukukan konsep budidaya cacing
Mencengangkan, hanya dalam waktu 2 minggu, 1000 eksemplar habis di pasaran
Iapun mulai membuat sebuah pelatihan budidaya dan bisnis cacing
Ayahnya pun mendadak berubah profesi, dari biasanya pegang cangkul, jadi pegang pulpen dan menjadi asisten dadakan merangkap trainer cacing
Training pertama kali yang ia adakan, dengan investasi per orang cukup besar kala itu, Rp.100.000
ada 40 orang lebih yang ikut.. ia pun kaget, hanya dalam waktu sehari dapat mengumpulkan Rp. 4.000.000
Dari mulai saat itu, ia sering diundang memberi pelatihan cacing sampai ke luar kota
Jaringan pun mulai meluas..peluang pun semakin nampak
Bahkan ia pun kini tidak kikuk lagi duduk satu kursi bersama preseiden direktur dengan omset milyaran rupiah
baginya, karena sama-sama preseiden direktur tidak ada yang berbeda
Dengan keuletan, do'a dan dukungan dari keluarga dan istri tercinta
Dari cacing, ia dapat membuat pabrik yang memperkerjakan lebih dari 40 orang
bukan itu saja, lebih dari 4 kali ia berkunjung dan membuka jaringan ke negeri tetangga, Malaysia
Bahkan, 2 tahun silam ia pun berhaji dengan istri dan ibu tercinta
Tidak jarang ia ditipu, seperti mengirimkan 200 ton pupuk dan cacing,
ternyata uangnya lenyap hingga ratusan juta rupiah
bahkan mendekam dipenjara pun pernah ia nikmati akibat kecerobohannya yang terlalu percaya dengan orang
namun dengan senyum optimis ia berkata, "Orang dikatakan pebisnis jika gagal 10 kali, dan bangkit 11 kali"
Kini, dengan ketekunan, kemauan uintuk terus belajar dan menguatkan ibadah,
ia sudah memiliki rumah yang nyaman, 4 mobil dan membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang
Impian dulu yang ditertawakan mahasiswa lainnya, kini ia buktikan
seorang anak kampung namun bisa mengangkat martabat kampungnya
kini, namanya menjadi buah tutur yang baik dan memotivasi anak-anak di kampunya
untuk melanjutkan kuliah dan sukses seperti Wowo muda dulu..
Subhanallah,
semoga kisah nyata ini bisa memotivasi kita
semuanya butuh proses, maka nikmati proses itu
jika istiqomah, suatu saat nanti persiapan kita akan menemukan momentum kesuksesan
yakinlah, Allah bersama kita!
(Setia Furqon Kholid)
Orang Kampung jadi Pebisnis Sukses (Kisah Nyata)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar